MENGAPA ANAK JALANAN ENGGAN UNTUK BERSEKOLAH ?
Anak jalanan merupakan salah satu masalah
sosial yang sangat sulit yang dihadapi oleh pemerintah daerah atau pemerintah
kota diIndonesia.
Di Jakarta, masalah anak-anak jalanan telah
memusingkan pemerintah daerah tingkat I maupun pemerintah kotamadya. Anak-anak
jalanan tersebut selain menimbulkan pemandangan yang kurang sedap karena
berkeliaran dipinggir jalan-jalan protokol, terutama dilampu merah, juga
aktivitas mereka sebagai pedagang asongan, pengamen, membersihkan kaca mobil,
dan pengemis, bagi banyak pihak, khususnya pengemudi kendaraan, dirasakan cukup
mengganggu.
Pemerintah DKI Jakarta sebenarnya tidak
tinggal diam. Telah banyak upaya yang dilakukan mulai dari mengumpulkan mereka
dirumah singgah, mendidik dan membina, sampai kepada memulangkan mereka
kekampung halaman. Tetapi saat ini jumlah anak jalanan tetap saja tidak
berkurang dan aktivitas mereka tidak terhenti. Maka muncullah suatu pertanyaan
apa penyebab kegagalan program-program penanggulangan anak-anak tersebut?
Menurut ilmu ekonomi apapun yang dilakukan oleh seseorang atau suatu
kelompok pada dasarnya selalu dilakukan
berdasarkan pertimbangan untung-rugi. Dengan kata lain anak-anak jalanan pun
bertindak rasional. Mereka akan tetap menjadi anak jalanan selama biaya ekonomi
( opportunity cost ) sangat kecil.
Secara lain mereka akan menolak mengikuti program-program pembinaan dan
fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah.
Dari kegagalan program pembinaan anak-anak jalanan tersebut, menurut
sudut pandang ilmu ekonomi yaitu biaya ekonomi dari bersekolah bagi anak-anak
jalanan adalah sangat besar. Biaya ekonomi yang relevan bagi anak-anak
jalanan dalam memutuskan untuk bersekolah atau tidak bersekolah adalah
pendapatan yang dikorbankan jika mereka sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar