Senin, 11 Maret 2013

kisah



MENGAPA ANAK JALANAN ENGGAN UNTUK BERSEKOLAH  ?

      Anak jalanan merupakan salah satu masalah sosial yang sangat sulit yang dihadapi oleh pemerintah daerah atau pemerintah kota diIndonesia.
      Di Jakarta, masalah anak-anak jalanan telah memusingkan pemerintah daerah tingkat I maupun pemerintah kotamadya. Anak-anak jalanan tersebut selain menimbulkan pemandangan yang kurang sedap karena berkeliaran dipinggir jalan-jalan protokol, terutama dilampu merah, juga aktivitas mereka sebagai pedagang asongan, pengamen, membersihkan kaca mobil, dan pengemis, bagi banyak pihak, khususnya pengemudi kendaraan, dirasakan cukup mengganggu.
     Pemerintah DKI Jakarta sebenarnya tidak tinggal diam. Telah banyak upaya yang dilakukan mulai dari mengumpulkan mereka dirumah singgah, mendidik dan membina, sampai kepada memulangkan mereka kekampung halaman. Tetapi saat ini jumlah anak jalanan tetap saja tidak berkurang dan aktivitas mereka tidak terhenti. Maka muncullah suatu pertanyaan apa penyebab kegagalan program-program penanggulangan anak-anak tersebut?
      Menurut ilmu ekonomi apapun yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok pada dasarnya  selalu dilakukan berdasarkan pertimbangan untung-rugi. Dengan kata lain anak-anak jalanan pun bertindak rasional. Mereka akan tetap menjadi anak jalanan selama biaya ekonomi ( opportunity cost ) sangat kecil.  Secara lain mereka akan menolak mengikuti program-program pembinaan dan fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah. 
      Dari kegagalan program pembinaan anak-anak jalanan tersebut, menurut sudut pandang ilmu ekonomi  yaitu biaya ekonomi dari bersekolah bagi anak-anak jalanan adalah sangat besar. Biaya ekonomi yang relevan bagi anak-anak jalanan dalam memutuskan untuk bersekolah atau tidak bersekolah adalah pendapatan yang dikorbankan jika mereka sekolah.